A.
TUJUAN
INOVASI PENDIDIKAN
Tindakan mengatur
kembali jenis dan mengelompokkan pelajaran, waktu, ruang kelas, cara-cara
menyampaikan pelajaran sehingga dengan tenaga, alat, ruang dan waktu yang sama
dapat dijangkau jumlah sasaran siswa yang lebih banyak dan dicapainya kualitas
yang lebih tinggi merupakan contoh tindakan inovatif. Karena besar dan
kompleksnya permasalahan pendidikan sekarang, apalagi pada masa mendatang, dan
mengingat keterbatasan dana dan kemampuan yang dimiliki, maka tindakan inovasi
atau pembaruan sangatlah diperlukan. Meskipun demikian, hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa sesuatu yang baru belum tentu baik, maksudnya belum
tentu inovatif.
Tujuan utama inovasi
adalah berusaha meningkatkan kemampuan, yakni kemampuan dari sumber-sumber tenaga,
uang, sarana dan prasarana, termasuk struktur dan prosedur organisasi. Jadi
keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar semua tujuan yang telah direncanakan
dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Hal ini harus didukung adanya rincian yang
jelas tentang sasaran dan hasil-hasil yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin
bisa diukur untuk mengetahui perbedaan antara keadaan sesudah dan sebelum
inovasi diadakan. Tujuan inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi,
relevansi, kualitas, dan efektivitas sarana serta jumlah peserta didik
sebanyak-banyaknya, dengan hasil pendidikan sebesar-besarnya menurut kriteria
kebutuhan peserta didik, masyarakat dan pembangunan, dengan menggunakan sumber
tenaga, uang, alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.
Tahapan tujuan inovasi pendidikan yakni:
1) Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga makin lama pendidikan
Indonesia makin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut.
2) Mengusahakan
terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah bagi setiap warga
negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah SD, SLTP, SLTA, dan PT.
3) Mengusahakan
peningkatan mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun dewasa ini. Dengan
sistem penyampaian yang baru, diharapkan peserta didik menjadi manusia yang
aktif, kreatif dan terampil memecahkan masalahnya sendiri.
4) Terwujudnya
manusia Indonesia seutuhnya.
B. Sasaran Inovasi Pendidikan
Setelah membahas definisi inovasi dan perbedaan antara inovasi dan perubahan,
maka berikut ini akan diuraikan tentang sasaran inovasi pendidikan.
Faktor-faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah
guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan.
1.
Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang
sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan
guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun
efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang
hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara
lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai
dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa
maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan
seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat
sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri. Dengan demikian, maka
dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi
pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang
sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan
mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan
kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap
inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus
dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan
dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan,
gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas
sebagai sumber belajar, guru sebagai fasilitator, guru sebagai pengelola, guru
sebagai pembimbing dan sebagainya.
a)
Guru
sebagai sumber belajar
Peran guru sebagai
sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber
belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bias menilai
baik atau tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran.
Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan
baik, sehingga benar – benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak
didiknya. Apa pun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang
sedang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan, sebaliknya
dikatakan guru yang kurang baik manakala ia tidak paham tentang materi yang
diajarkannya. Ketidakpahaman tentang materi pelajaran biasanya ditunjukkan oleh
perilaku – perilaku tertentu, misalnya :
Teknik penyampaian materi pelajaran yang
monoton, ia lebih sering duduk di kursi sambil membaca, suaranya lemah tidak
berani melakukan kontak mata dengan siswa, kurangnya ilustrasi. Perilaku guru
demikian bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan pada diri sisw, sehingga guru
akan sulit mengendalikan kelas.
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan hal –
hal sebagai berikut :
a)
Sebaiknya guru
memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa. Hal ini
untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi yang
akan dikaji bersama siswa. Dalam perkembangan teknologi informasi yang sangat
cepa, bisa terjadi siswa lebih pintar dibandingkan guru dalam hal penguasaan
informasi. Oleh sebab itu untuk memiliki bahan – bahan referensi yang lebih
banyak dibandingkan siswa. Misalnya melacak bahan – bahan dari internet atau
dari media cetak.
b)
Guru dapat
menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya
memiliki kecepatan belajar diatas rata – rata siswa yang lain. Siswa yang
demikian perlu diberikan perlakuan khusus misalnya dengan memberikan bahan
pengayaan dengan menunjukkan sumber belajar yang berkenaan dengan materi
pelajaran.
c)
Guru perlu
melakukan pemetaan tentang materi pelajaran misalnya dengan menentukan mana
materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa, mana materi tambahan, mana
materi yang harus diingat kembali karena pernah dibahas. Melalui pemetaan
semacam ini akan memudahkan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai
sumber belajar.
b)
Guru
sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator guru berperan dalam
memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
Agar dapat melaksanakan peran sebagai
fasilitator dalam proses pembelajaran ada bebrapa hal yang harus dipahami,
khususnya hal – hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan
sumber pembelajaran.
a.
Guru perlu
memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing – masing
media tersebut. Pemahaman akan fungsi media sangat diperlukan, belum tentu
suatu media cocok digunakan untuk mengajarkan semua bahan pelajaran. Setiap
media memiliki karakteristik yang berbeda.
b.
Guru perlu
mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang media
merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
professional. Dengan perancangan media yang dianggap cocok akan memudahkan
pembelajaran, sehingga pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai secara
optimal.
c.
Guru dituntut
untuk mampu mengoganisasikan bebagai jenis media serta dapat memanfaatkan
berbagai sumber belajar. Perkembangan teknologi informasi menuntut setiap guru
untuk dapat mengikuti perkembangan zaman. Berbagai perkembangan teknologi
informasi memungkinkan setiap guru bisa menggunkan berbagai pilihan media yang
di anggap cocok.
d.
Sebagai
fasilitator guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam perkembangan
berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting kemampuan
berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan sehingga
dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
c)
Guru
sebagai pengelola
Sebagai
pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam menciptakan
iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui
pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk
terjadinya proses belajar seluruh siswa.
Dalam melaksanakan pengelolaan
pembelajaran ada macam kegiatan yang harus dilakukan yaitu :
Ø Mengelola
sumber belajar
Ø Melaksanakan
peran sebagai sumber belajar itu sendiri
Sebagai
manajer guru memiliki empat fungsi umum yaitu :
Ø Merencanakan
tujuan belajar
Ø Mengorganisasikan
berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar
Ø Memimpin
yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa
Ø Mengawasi
segala sesuatu apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam
rangka pencapaian tujuan.
d)
Guru
sebagai pembimbing
Proses membimbing adalah proses
memberikan bantuan kepada siswa.
Agar guru berperan sebagai pembimbing
yang baik, maka ada beberapa hal yang harus dimiliki di antaranya :
Ø Guru
harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya
Misalnya pemahaman tentang gaya dan
kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak.
Pemahaman ini sangat penting artinya sebab akan menentukan teknik dan jenis
bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.
Ø Guru
harus memahami dan terampil dalam merencanakan baik, baik merencanakan tujuan
dan kompetennsi yang akan dicapai maupun merencanakan proses pembelajaran. Proses
bimbingan akan dapat dilakukan dengan baik manakala sebelumnya guru
merencanakan hendak dibawa kemana siswa, apa yang harus dilakukan.
2.
Siswa
Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar,
siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa
dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya
motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa
ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses
inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari
pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga
apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan
dengan konsekuen. Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya
dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran,
pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai
guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan
penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja
menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi
seperti yang diuraikan sebelumnya.
3.
Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program
pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai
bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah,
sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang
sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa
mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikan tidak
akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam
pembaharuan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan
kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan
tidak mustahil perubahan dari kedua – duanya akan berjalan searah.
4. Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan
prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam proses pendidikan khususnya
dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan, tentu saja
fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan
diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan
bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas
belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan
pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi
pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah,
bangku, meja dan sebagainya.
5.
Lingkup Sosial Masyarakat
- Dalam menerapakan inovasi
pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan
tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam
pelaksanaan pembaharuan pendidikan. Masyarakat secara langsung atau tidak
langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang
ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih
baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan
masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa
merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan
masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan
pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan